Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
12-08-2024
ed8c9aff-db5a-4ab1-85dd-f822729cb64f
Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko...
Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tingkat Nasional dan Daerah ad...
Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tingkat Nasional dan Daerah ad...
survei pengurangan risiko bencana
Jumlah Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Strategi Pengurangan Risiko Amblesan Tanah kota Semarang
Kota Semarang yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah yang juga merupakan kota terbesar ke lima di Indonesia. Kota Semarang memiliki luas 373,70 km2 dan berada perlintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta. Secara geografis kota Semarang terletak diantara 109o 35‘ – 110o 50‘ Bujur Timur dan 6o 50’ – 7o 10’ Lintang Selatan dengan luas area 375 km2. Secara administratif kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Jumlah penduduk di Kota Semarang adalah 1.527 juta jiwa (BPS, 2010) dan diperkirakan terus mengalami proses urbanisasi yang pesat (Sutanta, 2002). Dari topografinya Kota Semarang terdiri atas dataran rendah dan pesisir di bagian utara dan perbukitan di selatan. Kota Semarang bagian utara memiliki populasi lebih tinggi dari bagian selatan dan merupakan pusat industri dan komersial. Kota Semarang bagian utara ini diketahui telah mengalami bencana amblesan tanah sejak tahun 1980an. Kondisi ini telah menyebabkan kerugian fisik dan material yang tidak sedikit dimana dampaknya dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain akibat banjir pasang laut (rob), intrusi air laut, kerusakan bangunan dan infrastruktur dan juga dampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kejadian bencana amblesan tanah seringkali luput dari perhatian masyarakat walaupun dampak dari bencana ini terlihat nyata. Amblesan tanah terjadi pada jangka waktu yang lama (bertahun- tahun) tanpa disadari oleh manusia dan menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan antara lain menurunnya kualitas lingkungan dan kehidupan pada umumnya. Amblesan tanah mengakibatkan hilangnya elevasi permukaan sehingga dapat menganggu fondasi bangunan, mengakibatkan rusaknya infrastruktur seperti jalur pipa bawah tanah, jembatan, rel kereta api, rusaknya drainase, banjir, intrusi air laut dan sebagainya. Dampak langsung dari berbagai masalah yang timbul akibat bencana amblesan tanah adalah tidak berfungsinya infrastruktur, terhambatnya mobilitas masyarakat, kurangnya persediaan air bersih akibat banjir dan intrusi air laut dan lain- lain. Dampak tidak langsung yang ditimbulkan antara lain kerugian ekonomi akibat biaya perbaikan bangunan, infrastruktur dan terhambatnya kegiatan produktif ekonomis, menurunnya kualitas kehidupan masyarakat akibat masalah kesehatan yang timbul akibat sanitasi yang buruk karena banjir dan kekurangan air bersih, dan sebagainya. Kejadian amblesan tanah di pulau Jawa ditemukan terjadi di kota- kota besar seperti di Jakarta, Bandung dan Semarang (Abidin H.Z. dkk., 2013; Chaussard, E. dkk., 2013). Kota Semarang telah mengalami masalah amblesan tanah sejak tahun 1980an (Marfai, 2007) yang telah menyebabkan banyak kerugian fisik dan material bagi masyarakat dan pemerintah antara lain kerusakan bangunan dan infrastruktur akibat banjir pasang laut (rob), intrusi air laut, dan differential settlement serta kerugian non material seperti menurunnya kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya- upaya pengurangan risiko bencana amblesan tanah untuk mengurangi dampak yang telah terjadi dan bermanfaat bagi pemulihan lingkungan hidup secara umum. Buku ini bertujuan untuk memaparkan strategi pengurangan risiko bencana amblesan tanah yang dapat bermanfaat bagi pengelolaan wilayah di kota Semarang. Ruang lingkup pada buku ini meliputi:- Bab I Pendahuluan membahas latar belakang, tujuan dan ruang lingkup.- Bab II Geologi dan Hidrogeologi Kota Semarang membahas kondisi geologi dan hidrogeologi dan implikasinya terhadap amblesan tanah.- Bab III Permasalahan Amblesan Tanah Kota Semarang membahas kondisi amblesan tanah, mekanisme dan faktor-faktor penyebabnya.- Bab IV Strategi Pengurangan Risiko Bencana Amblesan Tanah membahas langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghentikan atau mengurangi risiko amblesan tanah. - Bab V Penutup merupakan rangkuman keseluruhan buku ini dan saran-saran. Buku Strategi Pengurangan Risiko Bencana Amblesan Tanah di kota Semarang.2014, hal 35 – 58