Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
2489e820-cd0f-475f-b736-bd001fe02c3e
The use of tetraploid banana in triploid banana breeding has been conducted thro...
Triploid banana cultivar is the most desirable cultivar in banana industry becau...
Banana breeding by crosses is one way to get new cultivars with a better quality...
Jumlah varietas yang sudah dilepas dan dinyatakan unggul sebagai varietas baru d...
Jumlah varietas yang sudah dilepas dan dinyatakan unggul sebagai varietas baru d...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Induksi tetraploidi dan persilangannya dengan induk diploid untuk mendapatkan varietas baru pisang triploid
Varietas pisang yang ditanam masyarakat saat ini adalah varietas alami dan mempunyai sifat reproduksi biologi yang partenokarpi. Secara teori varietas tersebut tidak mengalami perubahan genetik. Sementara itu, mikroorganisme mengalami perubahan genetik (evolusi). Dengan demikian, varietas tanaman tersebut tidak dapat berkoevolusi dengan mikroorganisme dan menimbulkan ketidakseimbangan genetik dan muncul penyakit. Pengendalian penyakit tanaman pisang secara kimiawi ataupun biokontrol belum menunjukkan hasil efektif. Penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit, terutama penyakit layu Fusarium akan mengurangi kerugian petani pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotipe pisang triploid baru dengan ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium. Penelitian ini dimulai dengan induksi poliploidi dari 16 aksesi pisang diploid (pisang diploid domestikasi, pisang liar M. acuminata var. banksii dan pisang klutuk M. balbisiana) dengan perlakuan perendaman tunas pisang hasil kultur jaringan dalam larutan oryzalin 30-60 uM selama satu minggu. Setelah subkultur 4-6 kali, tunas tersebut diaklimatisasi dan ditanam di polibag. Tanaman tetraploid hasil induksi telah diidentifikasi dengan pengukuran stomata dan flow cytometer. Tanaman tetraploid sebanyak 12 aksesi telah ditanam di lapang. Sebagian tanaman tersebut telah berbunga dan disilangkan dengan induk diploid. Hasil penelitian menunjukkan morfologi tanaman dan buah pisang tetraploid lebih besar dari diploid. Frekuensi keberhasilan persilangan sangat rendah. Hasil pengamatan dari polen menunjukkan bahwa pisang liar berkecambah dengan frekuensi lebih tinggi dari pisang domestikasi. Kombinasi persilangan yang menghasilkan embrio yang dapat berkecambah adalah rejang #2 dengan rejang #2, pisang madu dengan M. acuminata var. malaccencis dan Akondro Mainty dengan pisang klutuk. Putatif hibrid sedang diperbanyak untuk uji Fusarium dan uji agronomi. Persilangan dengan pisang klutuk tetraploid sebagai induk betina menghasilkan banyak biji hitam yang berisi embrio, tetapi belum berkecambah. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dosis Fusarium untuk uji ketahanan diturunkan untuk mendapatkan kriteria seleksi yang tepat. Pisang liar dapat direkomendasikan sebagai tetua jantan/sumber polen pada persilangan triploid x diploid. Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan konfirmasi tingkat ploidi dan uji ketahanan hibrid terhadap penyakit layu Fusarium. (CA)