Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
cc2c0120-de36-497c-a2c6-394adc05707a
Penelitian status populasi dan preferensi habitat pinang Papuasia Areca macrocal...
A reseach on mangrove vegetation has been conducted in Kalitoko, Mayalibit Bay, ...
Pulau Waigeo merupakan salah satu pulau besar di Raja Ampat Provinsi Papua Barat...
Cat whisker’s (Orthisiphon spp.; Lamiaceae) within Indonesia distributed in Suma...
Untuk mendalami kearifan lokal pada masyarakat di Distrik Teluk Mayalipit, Pulau...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Populasi Dan Referensi Habitat Pinanga Rumphianadi Pulau Waigeo, Papua Barat
Penelitian status populasi dan preferensi habitat pinang Papuasia Pinanga rumphiana (Mart.) J. Dransf. & Govaerts di Pulau Waigeo telah dilakukan pada tahun 2007. Area studi mencakup berbagai tipe habitat dan asosiasi vegetasi: tepi sungai, lereng bukit, puncak bukit, hutan alami, hutan terganggu, dan hutan terkonversi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi didominasi oleh semai (58%) dan juveniles (31%); mengindikasikan populasi yang berkembang, rekruitmen dan mortalitas berlangsung secara simultan dan dipengaruhi oleh kelimpahan individu. Besarnya populasi bervariasi secara spasial, di mana lereng bukit dengan kondisi hutan masih alami merupakan habitat paling sesuai. Walaupun pinang ini masih bisa tumbuh di puncak bukit yang kering tetapi populasinya menjadi jarang. Pinang ini nampak sensitif terhadap terjadinya gangguan pada habitat di mana rekruitmen nampak tertekan. P. rumphiana memasuki fase dewasa setelah tinggi batangnyamencapai 1,5 m. Sejumlah faktor edafik mempengaruhi kelimpahan populasi dengan preferensi pada habitat berdrainase baik dengan kandungan magnesium (Mg2+) tinggi. Tanah dengan pH tinggi juga berkorelasi erat dengan keberadaan pinang ini. Berdasarkan tingkat asosiasinya (menggunakan Index Ochiai), lima spesies tumbuhan tropika (Orania regalis, Hydriastele costata, Licuala graminifolia, Decaspermum bracteatum, dan Casuarina rumphiana) berasosiasi positif dengan P. rumphiana, sedangkan sembilan lainnya berasosiasi negatif. Pinang ini cenderung tumbuh pada habitat dengan rasio Karbon/Nitrogen (C/N) sedang, di mana semua cuplikan populasi tumbuh di habitat dengan C/N >10. Berdasarkan uji korelasi, Magnesium dan Kalsium (Ca2+) lebih berpengaruh terhadap densitas dan frekuensi daripada terhadap tajuk dan area basal. Persentase mortalitas nampak tinggi pada fase semai tetapi menjadi rendah pada fase dewasa. Efektivitas konservasi tergantung pada proteksi terhadap habitat-habitat yang paling sesuai. Prosiding Seminar Nasional Biologi "Perspektlf Bioiogi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati" Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. 24-25 September 2010. hal. 190-199