Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
fd64771c-1397-4bf0-8fd1-3a52121244ca
Penelitian status populasi dan preferensi habitat pinang Papuasia Pinanga rumphi...
A reseach on mangrove vegetation has been conducted in Kalitoko, Mayalibit Bay, ...
Pulau Waigeo merupakan salah satu pulau besar di Raja Ampat Provinsi Papua Barat...
Cat whisker’s (Orthisiphon spp.; Lamiaceae) within Indonesia distributed in Suma...
Untuk mendalami kearifan lokal pada masyarakat di Distrik Teluk Mayalipit, Pulau...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Populasi, ko-okurensi dan preferensi habitat Areca macrocalyx di Pulau Waigeo - Papua Barat
Penelitian status populasi dan preferensi habitat pinang Papuasia Areca macrocalyx Zippelius ex Blume di Pulau Waigeo (Papua Barat) telah dilakukan pada tahun 2012. Area studi telah mencakup berbagai tipe habitat dan asosiasi vegetasi: tepi sungai, lereng (punggung) bukit, puncak bukit, hutan alami, hutan terganggu, dan hutan terkonversi. Ukuran populasi bervariasi secara spasial dan didominasi oleh semai (62%) dan juvenil (24%); mengindikasikan populasi yang berkembang, rekruitmen dan mortalitas berlangsung secara simultan dan dipengaruhi oleh kelimpahan individu. Area tepi sungai dengan kondisi hutan masih alami merupakan habitat yang paling sesuai. Walaupun pinang ini masih bisa tumbuh di puncak bukit yang kering tetapi populasinya menjadi jarang dan nampak sensitif terhadap terjadinya gangguan dan ketersediaan air tanah. Sejumlah faktor edafik mempengaruhi kelimpahan populasi dengan preferensi pada habitat berdrainase baik dengan kandungan magnesium (Mg²+) tinggi. Tanah dengan PH tinggi juga berkorelasi erat dengan keberadaan pinang ini. Hasil pengukuran tingkat asosiasi dengan menggunakan Index Ochiai, empat species tumbuhan (Licuala graminifolia, Tabernaemontana aurantiaca, Orania regalis, dan Sommieria leucophylla) berasosiasi positif dengan A. macrocalyx, sedangkan sepuluh lainnya berasosiasi negatif. Pinang ini cenderung tumbuh pada habitat dengan rasio karbon/nitrogen (C/N) rendah sedang, dimana sebagian besar populasi tumbuh dihabitat dengan C/N,10. Berdasarkan uji korelasi, magnesium (Mg²+) dan kalsium (Ca²+) lebih berpengaruh terhadap densitas dan frekuensi daripada terhadap tajuk dan area basal. Persentase mortalitas nampak tinggi pada fase semai tetapi menjadi rendah pada fase dewasa. Efektivitas konservasi akan sangat tergantung pada pengelolaan habitat-habitat yang paling sesuai dan faktor-faktor biotik yang berkaitan. Jurnal Biologi Indonesia vol.11 No.1 Hal. 97-107 ISSN 0854-4425