SDI Logo

Membangun Etika Kecerdasan Buatan melalui RAM AI UNESCO

UNESCO
AI

Galih Yudhasena Trenggala

Minggu, 01 September 2024 pukul 00:09

197

Membangun Etika Kecerdasan Buatan melalui RAM AI UNESCO

DATA.GO.ID, BALI - Penggunaan kecerdasan artifisial (AI) semakin masif dalam beberapa tahun terakhir di seluruh lapisan masyarakat. Data sendiri memiliki peran yang sangat penting sebagai bahan baku utama pemanfaatan AI agar menghasilkan output yang tepat dan bermanfaat. Tanpa data, AI tidak bisa belajar, membuat prediksi, atau menjalankan tugas-tugas yang kompleks. Oleh karena itu, data dianggap sebagai enabler atau penggerak utama dalam keberhasilan implementasi AI.

Perkembangan pesat ini semakin mendorong kebutuhan akan panduan etika penggunaan AI di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organizations (UNESCO) tengah menyusun Readiness Assessment Methodology (RAM) sebagai acuan bagi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam penerapan Panduan Etika AI. Panduan ini berfungsi untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI di masa depan. 

Indonesia pun turut menyusun RAM AI UNESCO yang kini telah memasuki tahap final. RAM AI adalah alat yang digunakan untuk mengukur kesiapan negara dalam mengadopsi dan mengelola AI secara etis. Direktur Eksekutif Sekretariat Satu Data Indonesia Tingkat Pusat, Dini Maghfirra diundang sebagai salah satu pakar yang diminta untuk memberikan input dan pandangan terkait konsep laporan yang sedang disusun tersebut.

Dini mengungkapkan, “Analisis kesiapan Implementasi AI di Indonesia menjadi salah satu kunci untuk menjaga kerangka pemanfaatan AI sejalan dengan kerangka etika AI. Salah satu kerangka etika AI adalah untuk menghindari bias dalam AI yang dapat ditangkap dari ketersediaan data yang berkualitas dan bertanggung jawab. SDI berkomitmen untuk terus mendukung ketersediaan Data sebagai enabler dalam pemanfaatan AI yang bertanggung jawab.”

Penyusunan yang dimulai sejak 27 Mei 2024 ini dilakukan dengan pendekatan yang etis dan berpusat pada manusia terhadap adopsi dan tata kelola AI di Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari implementasi Rekomendasi Etika AI UNESCO, instrumen global pertama tentang AI, yang diterbitkan pada November 2021 silam. Rencananya, laporan yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bersama UNESCO Jakarta ini akan diluncurkan pada Oktober 2024 mendatang.

Kegiatan finalisasi RAM AI UNESCO Indonesia diselenggarakan pada tanggal 29-30 Agustus 2024 di Holiday Inn Nusa Dua, Bali dan merupakan rangkaian diskusi terakhir antar para pakar guna mendukung penyusunan laporan tersebut. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari UNESCO, Undral Ganbaatar dan Shyam Krishna Raja Gopalan, serta beberapa pakar lain dari Indonesia, yakni Prof. Hammam Riza, Prof. Bambang Riyanto, dan Adya Danaditya. Selain itu, Hario Bismo sebagai perwakilan dari Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo juga turut serta di dalamnya. Pada salah satu sesi diskusi, para peserta juga mendengarkan tanggapan dari EngageMedia dan anggota NST terhadap konsep dokumen terkait.

Dalam kegiatan ini, Hammam Riza, seorang pakar AI sekaligus Ketua Umum dari Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), mengatakan “Data is the lifeblood of AI. Maka dari itu, pengaturan Data yang berkesinambungan dan bermanfaat bagi perkembangan AI betul-betul harus diperhatikan.”

RAM atau jika diterjemahkan menjadi Metodologi Penilaian Kesiapan, mencakup beberapa dimensi, yaitu ekonomi, hukum, teknologi, pendidikan, sosial, dan budaya. Semua dimensi tersebut akan terangkum dalam laporan RAM AI ini. Dalam prosesnya, telah dilaksanakan juga konsultasi dan diskusi sebanyak 4 kali yang diselenggarakan di Banda Aceh, Balikpapan, Makassar, dan Jakarta.

Penulis: Yolanda Cenderakasih
Bidang Komunikasi & Publikasi
Sekretariat Satu Data Indonesia Tingkat Pusat
Kementerian PPN/Bappenas


Logo Satu Data Indonesia

"Dapatkan informasi terkini dari Satu Data Indonesia
langsung lewat email Anda."