Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
a3593399-5911-47b3-8ed3-0e329c12f927
A study was conducted to identify the polymorphism in the intron 3 of the Growth...
The Sumba Ongole cattle (Bos indicus) is one of the local Indonesian cattle bree...
Anwar S, Agung PP, Wulandari AS, Sudiro A, Said S, Tappa B. 2015. Deteksi polimo...
Superior ducks are needed in supporting food safety in Indonesia. Carcass qualit...
Superior ducks are needed in supporting food safety in Indonesia. Carcass qualit...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Association of Growth Hormone (GH) Gene Polymorphism with Growth and Carcass in Sumba Ongole (SO) Cattle
Telah dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi keragaman gen Growth Hormone (GH) daerah intron 3 dan mengevaluasi asosiasinya terhadap beberapa parameter pertumbuhan dan produksi karkas pada sapi Sumba Ongole (SO). Sebanyak 267 sampel DNA sapi SO digunakan dalam analisa PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism) dengan enzim restriksi MspI untuk mengidentifikasi beberapa genotipe di daerah intron 3. Data parameter pertumbuhan (n=44) yang diamati adalah bobot lahir (BW), bobot sapih umur 205 hari (WW205), bobot umur 365 hari (YW365) dan data produksi karkas (n=122). Terdapat dua alel gen GH yang ditemukan pada sapi SO dalam penelitian ini berdasarkan analisis PCR-RFLP, yaitu alel A (frekuensi=0,87) dan alel B (frekuensi=0,13) serta tiga genotipe (AA, AB, dan BB). Genotipe AA merupakan genotipe dengan frekuensi genotipe tertinggi (0,76) sedangkan genotipe BB memiliki nilai frekuensi genotipe terendah sebesar 0,02. Tingkat keragaman gen GH pada penelitian ini termasuk rendah berdasarkan nilai heterozigositas observasi (Ho) pada populasi sapi SO dalam penelitian yaitu sebesar 0,23 dan nilai PIC (Polymorphism Information Content) sebesar 0,20. Keragaman gen GH yang ditemukan dalam penelitian ini tidak memiliki asosiasi dengan parameter bobot lahir, bobot sapih, bobot umur satu tahun, dan persentase karkas (P>0,05) sehingga tidak dapat dijadikan sebagai penanda atau marker genetik dalam program pemuliaan sapi SO. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, Vol. 42, No. 3. Hal. 153-159 ISSN 2087-8273