Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
5a8f7bb5-1d04-46c2-93d2-a5b39238db89
Pupuk bagi para petani merupakan kebutuhan pokok untuk penyubur lahan pertanian ...
Perkembangan otomotif dunia memasuki babak baru dengan lahirnya kendaraan ramah ...
Nilai bahan baku/bahan penolong Industri Kecil Menengah (IKM)
Daftar Potensi Industri Kecil Nilai Bahan Baku Lanting
Daftar Potensi Industri Kecil Nilai Bahan Baku Tahu
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Pembuatan bio-nanokomposit berbasis mikrofibril selulosa untuk bahan baku industri
Kebutuhan bahan plastik yang semakin meningkat menyebabkan ketergantungan akan bahan baku plastik semakin tinggi. Plastik yang banyak beredar di pasaran Indonesia adalah jenis plastik sintetis yang terbuat dari bahan baku minyak bumi. Ketersediaannya yang terbatas dan semakin tingginya harga minyak bumi menyebabkan perlunya mencari alternatif lain untuk mengurangi ketergantungan pembuatan produk plastik sintetik yang menggunakan bahan baku minyak bumi. Penelitian ini bertujuan mengembangkan suatu teknologi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dengan membuat produk yang bahan baku seluruhnya berasal dari bahan hayati sehingga ramah lingkungan. Selain itu, memanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah, yaitu serat alam yang memiliki kekuatan yang sangat baik untuk menghasilkan suatu produk komposit unggulan. Sasaran penelitian ini adalah membuat bio-nanokomposit dari bahan alami yang mempunyai keunggulan ramah lingkungan, ringan, kuat, mudah dalam proses produksi, serta dapat diaplikasikan dalam industri otomotif. Prosedur dalam penelitian ini adalah pembuatan pulp dari serat alam, pembuatan mikrofibril selulosa (MFC) ukuran nano dari serat alam, pembuatan contoh uji bio-nanokomposit, dan pengujian sampel bio-nanokomposit. Pada program kompetitif ini dibuat bio-nanokomposit menggunakan polimer alami, yaitu polylactic acid (PLA) dan polimer sintetis polypropylene (PP) yang diperkuat dengan serat alam, yaitu bambu dan sisal dalam bentuk microfibrilated cellulose (MFC). Pada tahun pertama telah dilakukan pembuatan mikrofibril selulosa berukuran nano dari serat alam bambu, sisal, dan onggok singkong; kemudian dibuat nanokompositnya dan dikarakterisasi. Pada tahun kedua telah dilakukan optimasi proses pembuatan mikrokomposit dari serat bambu dan sisal dengan proses hot press molding sehingga dihasilkan formula bahan dan proses pembuatan komposit yang optimal. Teknologi proses pembuatan komposit ini dapat diterapkan pada pembuatan biokomposit dengan MFC berukuran nano. Pembuatan MFC berukuran nano dalam jumlah yang besar terkendala oleh keterbatasan peralatan. Pada tahun ketiga telah dilakukan pengembangan penelitian, yaitu pembuatan mikrokomposit dari serat bambu dan sisal dengan proses injection molding dan penjajakan kerja sama penerapan hasil penelitian dengan industri. Untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini disarankan pengadaan peralatan untuk membuat MFC berukuran nano dalam jumlah banyak. (KT)