Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
3dc7b34c-e8ff-438e-913d-05415e7d0d22
Bijih besi yang telah dilakukan benefisiasi biasanya dalam bentuk partikel halus...
Telah dilakukan kegiatan penelitian pembuatan hydromagnesite dengan ukuran butir...
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh parameter distribusi orientasi serat...
Superkonduktor merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik bernilai ...
Study of chromosome as well as DNA of chloroplast and nuclear DNA then compared ...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Pengaruh Beragam Binder pada Pellet Fine Coal terhadap Analisa Proximate serta Kekuatan Pellet
Aglomerasi merupakan sebuah proses penggabungan partikel-partikel kecil menjadi partikel besar, dimana proses ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan density dari partikel-partikel tersebut. Proses aglomerasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu agitasi/granulasi dan kompresi, dimana produk dari masing-masing proses tersebut dikenal dengan istilah pellet dan briket. Proses granulasi merupakan proses yang paling banyak kita jumpai di dunia industri terutama pada industri peleburan besi dan baja. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beragam binder pada fine coal pellet (mesh 200) serta diameter pellet terhadap nilai proximate dan kekuatan fine coal pellet tersebut. Proses aglomerasi fine coal dengan ukuran mesh 200 menjadi bentuk pellet dilakukan dengan menggunakan alat pelletizer, dengan ukuran diameter pellet bervariasi dari 10 mm hingga 15 mm. Sebelum dimasukkan ke dalam pelletizer, fine coal dicampur menggunakan mixer dengan beragam binder, seperti bentonit, molasses, sodium silikat, aspal, dan semen dengan persentase binder sebesar 5 persen dari total campuran fine coal dan binder. Setelah proses aglomerasi menjadi pellet terjadi di dalam pelletizer, selanjutnya pellet tersebut dimasukkan ke dalam oven bertemperatur 100 oC untuk mengurangi kadar air dan volatille matter di dalam pellet tersebut. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pellet tersebut berupa uji proximate dan uji kekuatan. Uji proximate dilakukan untuk mengetahui kadar volatile matter, ash, serta fix carbon di dalam pellet fine coal dengan beragam binder tersebut. Sedangkan uji kekuatan terhadap pellet fine coal dilakukan dengan cara menjatuhkan (jatuh bebas : kecepatan awal = 0 ) pellet tersebut dari ketinggian 1 meter dan 2 meter terhadap lantai. Pengamatan secara visual dilakukan terhadap pellet tersebut setelah dijatuhkan dari ketinggian 1 meter dan 2 meter. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin kecil ukuran diameter pellet, semakin besar kekuatan pellet, sedangkan ditinjau dari pemakaian binder diperoleh hasil bahwa pellet dengan binder semen memiliki kekuatan yang sangat baik bila dibandingkan pellet dengan binder molasses, bentonit, aspal, dan sodium silikat, dimana pellet dengan binder semen tidak pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 1 dan 2 meter. Namun dari hasil analisa proximate, pellet dengan binder semen memiliki kandungan ash yang jauh lebih besar dibandingkan pellet dengan binder lainnya, yaitu 20.54 persen dengan kadar fix carbon 73.92 persen. Pellet dengan binder sodium silikat (5 persen) memiliki kekuatan yang cukup baik setelah pellet dengan binder semen, dimana pellet ini tidak pecah saat jatuh dari ketinggian 1 meter tetapi pecah saat dijatuhkan dari ketinggian 2 meter. Namun pellet dengan binder sodium silikat ini memiliki analisa proximate yang jauh lebih baik dibandingan pellet dengan binder semen, dimana kandungan ash untuk pellet ini adalah 14.19 persen dengan kandungan fix carbon 81.26 persen. Prosiding Seminar nasional AstechNova Fakultas Teknik UGM Yogyakarta 8 Oktober 2009, Vol. 1 No. 1, Tahun 2009 hlm: 17-25