Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
1c0c1d0c-587c-4e50-8a00-4639e0dfb4e3
Penduduk miskin perkotaan cenderung tinggal di lingkungan pemukiman kumuh, tingk...
Berdasarkan data BPS, 2011 dapat ditunjukkan bahwa untuk periode Januari – Oktob...
Analisis palinologi atas satu inti bor sedimen transisi sepanjang 10 m dari daer...
Data yang berisi capaian kerja pelaksanaan tugas pembantuan dari dinas pendidika...
Angka Kemiskinan Batas Kemiskinan(Rp/Kal/Bulan)
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Persoalan kemiskinan dari perspektif kebudayaan
Kemiskinan sudah dikenal sejak dahulu, dan menurut sumber sejarah, kemiskinan itu telah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram. Sampai saat ini kemiskinan masih tetap ada, meskipun dengan kadar yang berbeda dari waktu ke waktu. Pemerintah belum berhasil mengentaskan kemiskinan, walaupun telah digulirkan program-program dan kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan. Salah satu penyebab kegagalan penanggulangan kemiskinan adalah pendekatan yang hanya terfokus pada perspektif ekonomi. Sementara itu, kemiskinan juga berkaitan erat dengan masalah sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu, untuk penanggulangan kemiskinan harus dirancang dengan pendekatan emik yang melihat segala persoalan dari sudut pelaku kebudayaan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengentasan kemiskinan berbasis kebudayaan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalidri, Rembang (daerah pesisir) dan Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo (daerah pegunungan). Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, wawancara, observasi partisipasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga aspek penting yang dapat dipakai untuk mereduksi kemiskinan, yaitu lembaga tradisi, transisi perilaku ekonomi dari perilaku ekonomi embedded menuju ke perilaku ekonomi yang disembedded, kebijakan pemerintah dan program pemerintah yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan. Lembaga tradisi, baik yang berasal dari masyarakat sendiri maupun yang melibatkan pihak luar dapat membantu mereduksi kimiskinan.Lembaga tradisi adalah aspek kebudayaan material yang bersifat lokal dan dapat didorong untuk dijadikan model pengurangan kemiskinan.Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa lembaga tradisi bersifat ambivalen, yaitu di satu sisi memecahkan kesulitan dan disisi lain justru mereproduksi kemiskinan. Diperlukan penelitian lanjutan yang mengkaji peran lembaga tradisi dalam hubungannya dengan kebijakan dan program pengentasan kemiskinan.