Badan Riset dan Inovasi Nasional
07-11-2022
13-08-2024
5e9c6b01-6046-4491-b82d-3455e461d0a5
Produksi tangkapan kepiting bakau di wilayah Kabupaten Berau turut berkontribusi...
Kabupaten Berau memiliki sumberdaya hutan mangrove yang sangat berpotensi untuk ...
Komunitas makrozoobentos di bagian muara telah diketahui berperan penting dalam ...
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air di Perairan Mayangan,...
Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab pH air sungai sepanjang Sun...
INFORMASI: Data berikut ini masih dalam proses pemenuhan Prinsip SDI.
Distribusi Ukuran Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Dan Kondisi Kualitas Perairannya Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang bernilai ekonomis penting Kepiting bakau hidup diwilayah pesisir yang berasosiasi langsung dengan hutan mangrove. Kabupaten Berau merupkan salah satu daerah penghasil kepiting bakau yang potensial di Propinsi Kalimantan Timur. Produksi kepiting bakau saat ini masih tergantung dari hasil tangkapan alam dan masih sebagian kecil yang berasal dari hasil budidaya. Penelitian tentang distribusi ukuran hasil tangkapan kepiting bakau dan kondisi kualitas perairan lokasi penangkapannya bertujuan untuk mengetahui struktur ukuran kepiting bakau dan kondisi kualitas perairan daerah penangkapan sebagai informasi dalam mempelajari aspek biologi dan ekologinya. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Oktober tahun 2012 pada empat lokasi penangkapan, yaitu di wilayah Kasai, Teluk Semanting, Betumbuk dan Pisang-pisang. Kepiting ditangkap dengan menggunakan perangkap kepiting yang disebut “rakang”. Parameter kualitas perairan yang diukur meliputi pH air, suhu, salinitas, kecerahan, kandungan oksigen terlarut (DO), total nitrogen (TN), total fosfor (TP), total padatan terlarut (TSS), dan amonium (N-NH4). Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran kepiting bakau yang tertangkap bervariasi pada setiap lokasi penelitian. Puncak produksi penangkapan terjadi pada bulan April-Juni. Kepiting bakau yang tertangkap berkisar pada ukuran bobot 300-500 g/ekor sebanyak 39,82 persen, bobot 100-200 g/ekor sebanyak 32,12 persen dan ukuran diatas 700 g/ekor sebesar 6,82 persen sedangkan kepiting yang bertelur sebanyak 12,83 persen. Kondisi perairan daerah penangkapan kepiting bakau dicirikan oleh pH berkisar antara 6,8-8,35. Suhu air berkisar antara 27,3-34,2oC, salinitas berkisar antara 3,88-28,90 ppt, tingkat kecerahan 20-106 cm, DO berkisar antara 3,47-8,14 mg/L. Tingkat kesuburan perairan dengan nilai TN sebesar 1,771-3,714 mg/L dan TP sebesar 0,002-0,085 mg/L. Total padatan terlarut mencapai 15,6-534,67 mg/L dan kandungan N-NH₄ (mg/L) yang terdeteksi berkisar antara 0,022-0,337 mg/L. Kondisi perairan kawasan mangrove kabupaten berau sebagai habitat kepiting bakau masih dalam kondisi normal. Yang perlu mendapat perhatian adalah ancaman kerusakan mangrove akibat berbagai aktivitas manusia seperti pengalihan untuk area pertambakan, dan penebangan hutan.Kata Kunci: Kepiting bakau, mangrove, dan Kabupaten Berau Prosiding Seminar Nasional Limnologi VII 2014